Ads (728x90)


[PORTAL-ISLAM.ID] Wakil Perdana Menteri Turki, Fikri Isik dijadwalkan melaksanakan kunjungan kerja ke Aceh, Jumat (12/10/2017).

Selain Wakil PM, dalam rombongan ikut juga Dubes Turki untuk RI, Mehmet Kadri Sander Gürbüz dan delegasi lainnya.

"Wakil Perdana Menteri Turki akan tiba di bandara Sultan Iskandar Muda Blang Bintang, Aceh Besar sekitar pukul 11.00 WIB. Bersama dia juga akan hadir beberapa pengusaha Turki dan kemungkinan akan membahas beberapa peluang investasi di Aceh," kata Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Aceh, Mulyadi Nurdin di Banda Aceh, Kamis, ibarat dilansir Antara.

Dalam kunjungan tersebut, Fikri Isik akan dijemput eksklusif oleh Gubernur Aceh Irwandi Yusuf di Bandara Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, kemudian menunaikan salat Jumat di Masjid Raya Baiturrahman.

Setelah selesai shalat Jumat, Wakil Perdana Menteri Turki akan berbicara di hadapan jamaah.

Kunjungan Wakil Perdana Menteri Fikri Isik ke Aceh menjadi kunjungan bersejarah untuk membina kembali relasi baik antara Turki dan Aceh.

Sebagai buah tangan, Pemerintah Aceh berencana untuk memperlihatkan "lada sicupak" dan sebilah siwah, berupa pedang Aceh, kepada Fikri Isik. Lada sicupak merupakan meriam yang diberikan Turki Utsmani kepada Kerajaan Aceh ketika melawan penjajah.

(“Lada Sicupak” Cannon which layered by silver. A gift from Turkey Kingdom to Aceh Sultanate. The replica of the cannon could be found in Aceh Museum)

Sejarah Hubungan Turki Utsmani - Aceh

Ekspedisi Utsmaniyah ke Aceh dimulai sekitar tahun 1565 ketika Kesultanan Utsmaniyah berusaha mendukung Kesultanan Aceh dalam pertempurannya melawan Portugis di Malaka.

Ekspedisi dilancarkan setelah dikirimnya duta oleh Sultan Alauddin al-Qahhar (1539–1571) kepada Khalifah Turki Suleiman Agung pada tahun 1564.

(Handwriting letter written by Sultanate Alauddin Al-Qahar to Turkey Empire)

Persekutuan Aceh-Turki Utsmani secara tak resmi sudah ada semenjak tahun 1530-an.

Sultan Alauddin al-Qahhar berkeinginan berbagi relasi tersebut.

Kemudian untuk mencoba mengusir Portugis dari Malaka, dan memperluas kekuasaannya di Sumatera.

Menurut Fernão Mendes Pinto, Sultan Aceh merekrut 300 prajurit Utsmaniyah.

Setelah tahun 1562, Aceh nampaknya sudah mendapatkan bala sumbangan Turki yang memungkinkannya menaklukkan Kerajaan Arudan Johor pada tahun 1564.

Pengiriman duta ke Istanbul pada tahun 1564 dilakukan oleh Sultan Husain Ali Riayat Syah.

Dalam suratnya kepada Porte Usmaniyah, Sultan Aceh menyebut penguasa Utsmaniyah sebagai Khalifah (penguasa) Islam.

Setelah mangkatnya Khalifah Suleiman pada tahun 1566, penggantinya Selim II memerintahkan pengiriman armada ke Aceh.

Sejumlah prajurit, pembuat senjata, dan insinyur diangkut oleh armada tersebut, bersama dengan pasokan senjata dan amunisi yang melimpah.

Pada tahun 1568, Aceh menyerang Malaka, meskipun Turki tak nampak ikut serta secara langsung.

Usmaniyah mengajari Aceh bagaimana membuat meriam, yang pada kesudahannya banyak diproduksi.

Dari awal era ke-17, Aceh dapat berbangga akan meriam perunggu ukuran sedang, dan sekitar 800 senjata lain ibarat senapan putar bergagang dan arquebus.

Ekspedisi tersebut menjadikan berkembangnya pertukaran antara Kesultanan Aceh dan Turki Utsmani dalam bidang militer, perdagangan, budaya, dan keagamaan.

Penguasa Aceh berikutnya meneruskan pertukaran dengan Khilafah Turki Utsmani, dan kapal-kapal Aceh diizinkan mengibarkan bendera Utsmaniyah.

Hubungan antara Kesultanan Aceh dan Turki Utsmani menjadi bahaya besar bagi Portugis dan mencegah mereka mendirikan kedudukan dagang monopolistik di Samudera Hindia.

Aceh merupakan tentangan dagang utama Portugis, kemungkinan mengendalikan perdagangan rempah-rempah lebih banyak daripada Portugis.

Portugis mencoba menghancurkan sumbu perdagangan Aceh-Turki-Venesia untuk keuntungan sendiri.

Bahkan Portugis berencana menyerang Laut Merah dan Aceh.

Namun gagal alasannya kurangnya tenaga insan di Lautan Hindia.

Ketika diserang oleh Belanda pada tahun 1873, Aceh meminta perlindungan dengan persetujuannya yang sudah lebih dulu tercapai dengan Kesultanan Usmaniyah sebagai salah satu dependensinya.


Posting Komentar