Ads (728x90)


[PORTAL-ISLAM.ID] Pemimpin Tertinggi Kristen Paus Fransiskus mengeluarkan kecaman pedas atas kekejaman pemerintahan Myanmar terhadap etnis minoritas Muslim Rohingya. Paus mengatakan warga Muslim Rohingya telah disiksa dan dibunuh hanya alasannya yaitu mereka ingin hidup dalam budaya dan akidah Islam.

Dilansir Reuters, pernyataan Mingguan Paus ini menyusul laporan PBB pekan lalu yang mengatakan pasukan keamanan Myanmar di utara negara itu telah melaksanakan pembunuhan massal, memerkosa dan memperabukan desa-desa Muslim.

“They have been suffering for years, they have been tortured, killed simply because they wanted to live their culture and their Muslim faith,” the pope said.

(“Mereka telah menderita selama bertahun-tahun, mereka telah disiksa, dibunuh hanya alasannya yaitu mereka ingin hidup dengan budaya dan akidah Islam mereka,” kata Paus ibarat dilansir Reuters.)

“They have been thrown out of Myanmar, moved from one place to the other because no one wants them. But they are good people, peaceful people. They are not Christian. They are good people. They are our brothers and sisters,” he said.

(“Mereka telah diusir keluar dari Myanmar, pindah dari satu daerah ke daerah lain alasannya yaitu tidak ada yang mau mendapatkan mereka. Padahal mereka yaitu orang-orang baik, orang yang damai. Mereka bukan orang Kristen. Mereka yaitu orang baik. Mereka yaitu saudara dan saudari kita,” lanjutnya.)

Paus Fransiskus telah menjadwalkan untuk berkunjung ke Myanmar dan Bangladesh mendekati selesai tahun ini. Kunjungan ini terkait kepedulian Paus Fransiskus akan nasib Muslim Rohingya di negara itu.

Greg Burke, Direktur Kantor Berita Tahta Suci, membuat pengumuman resmi dalam sebuah pernyataan pada hari Senin 28 Agustus 2017. Paus akan ke Myanmar dari tanggal 27 hingga 30 November.

Kunjungan ke Myanmar akan menjadi yang pertama dalam sejarah Vatikan. Kunjungan itu juga dilakukan setelah pada Minggu, 27 Agustus 2017, Paus Fransiskus mengemukakan perhatiannya untuk membela kaum Rohingya, sebuah kelompok Muslim yang teraniaya di Myanmar.

Sumber: Reuters, The Guardians


Posting Komentar