Ads (728x90)


[PORTAL-ISLAM.ID] Najmuddin Ayyub (penguasa Tikrit -- Irak sekarang) belum juga menikah dalam tempo yang lama. Maka bertanyalah sang saudara Asaduddin Syirkuh kepadanya: “Wahai saudaraku, kenapa engkau belum juga menikah?”

Najmuddin menjawab: “Aku belum menemukan seorang pun yang cocok untukku.”

“Maukah saya pinangkan seorang wanita untukmu?” tawar Asaduddin.

“Siapa?” tanya Najmuddin.

“Puteri raja Malik Syah, anak Sulthan Muhammad bin Malik Syah Sulthan Bani Saljuk atau puteri menteri Malik,” jawab Asaduddin.

“Mereka semua tidak cocok untukku,” tegas Najmuddin.

Asaduddin pun terheran alasannya dua putri yang ditawarkan itu selain memiliki kedudukan juga kecantikan. Lalu ia kembali bertanya kepadanya: “Lantas siapa yang cocok untukmu?”

Najmuddin menjawab: “Aku menginginkan wanita shalehah yang akan menggandeng tanganku menuju jannah dan akan melahirkan seorang anak yang ia bimbing dengan baik sampai menjadi seorang cowok dan ksatria yang akan mengembalikan Baitul Maqdis (Al Aqsa) ke dalam pangkuan kaum muslimin.” (Saat itu Baitul Maqdis dikuasai pasukan Salib)

Ini merupakan mimpi dan keinginan Najmuddin Ayyub.

Asaduddin pun tak merasa heran dengan ucapan saudaranya tersebut. Ia bertanya kepadanya: “Terus dari mana engkau akan menerima wanita menyerupai itu?”

“Barang siapa yang mengikhlaskan niatnya hanya kepada Allah, niscaya Tuhan akan menunjukkan rezeki kepadanya,” jawab Najmuddin penuh yakin.

Suatu hari, Najmuddin duduk bersama salah seorang Syaikh di masjid di kota Tikrit berbincang-bincang. Lalu datanglah seorang pemudi memanggil Syaikh tersebut dari balik tabir sehingga ia memohon izin dari Najmuddin guna berbicara dengan sang pemudi. Najmuddin mendengar pembicaraan sang syaikh dengan si pemudi. Syaikh itu berkata kepada si pemudi: “Mengapa engkau menolak cowok yang saya utus ke rumahmu untuk meminangmu?”

Pemudi itu menjawab: “Wahai syaikh, ia yaitu sebaik-baik cowok yang memiliki ketampanan dan kedudukan, akan tetapi ia tidak cocok untukku.”

“Lalu apa yang kau inginkan?” tanya syaikh.

Ia menjawab: “Tuanku asy-Syaikh, saya menginginkan seorang cowok yang akan menggandeng tanganku menuju jannah dan saya akan melahirkan seorang anak darinya yang akan menjadi seorang ksatria yang bakal mengembalikan Baitul Maqdis ke dalam pangkuan kaum muslimin.”

Allahu Akbar! Satu ucapan yang persis dilontarkan oleh Najmuddin kepada saudaranya Asaduddin.
Najmuddin telah menolak puteri Sulthan dan puteri menteri yang memiliki kedudukan dan kecantikan.

Demikian juga dengan sang pemudi, ia menolak cowok yang memiliki kedudukan, ketampanan, dan harta.

Semua ini dilakukan demi apa? Keduanya mengidamkan sosok yang dapat menggandeng tangannya menuju jannah dan melahirkan seorang ksatria yang akan mengembalikan Baitul Maqdis ke dalam pangkuan kaum muslimin.

Mendengar dialog ini, bangkitlah Najmuddin seraya memanggil Syaikh tersebut, “Wahai Syaikh saya ingin menikahi pemudi ini.”

“Tapi ia seorang wanita fakir dari kampung,” jawab asy-Syaikh.

“Wanita ini yang saya idamkan,” tegas Najmuddin.

Maka menikahlah Najmuddin Ayyub dengan sang pemudi.

Dan dengan keyakinian "barang siapa yang mengikhlaskan niat, pasti Tuhan akan berikan rezeki atas niatnya tersebut", maka Tuhan mengaruniakan seorang putera kepada Najmuddin dan pemudi ini yang kelak akan menjadi sosok ksatria yang bakal mengembalikan Baitul Maqdis ke dalam pangkuan kaum muslimin.

Putra Najmudin itulah sang ksatria, Shalahuddin al-Ayyubi, pembebas Al Aqsa dari cengkeraman Salib.

ALLAHU AKBAR!!!

(Sumber: FS)


Posting Komentar